"Dream as if you'll live forever. Live as if you'll die today"

-James Dean-

Selasa, 27 Januari 2015

DONT JUDGE A BOOK BY ITS COVER

Taukah Anda,saudaraku, Syaitan masuk melalui hati2 manusia yg merasa dirinya sudah sempurna ?
Maka berhati2 lah ukhti yg sudah merasa memakai pakaian sesuai syariat, rajin pengajian, merasa ilmu agama anda sudah tinggi krn anda tdk pernah absen setiap hari mengikuti kajian.., betul bahwa anda sudah melakukan ketaatan dgn berpakaian sesuai perintah Allah, mencari ilmu agama sesuai sunnah, tp benarkah hati anda sudah tawadhu ?

Mari bercermin ; adakah anda melihat ukthi lain yg msh berhijab gaul sbg muslimah yg tdk mengerti ilmu yg benar? pernahkan anda merasa mereka yg tdk pemgajian sbg muslimah yg tdk berkedudukan dimata Allah shg anda meremehkannya, menganggap rendah dan merasa tdk perlu utk berbaik padanya ? pernahkah ada rasa bangga terselip krn pakaian anda begitu panjang saat anda melihat mereka yg msh mengumbar aurat atau berhijab tp msh pakai jeans, turban dll ? jujurlah pada hati anda ... , kl ya .. berarti syaitan telah menduduki rasa sempurna anda dan menjadikannya jurang utk menggelincirkan anda kedlm dosa 😭😭😭

Tidak adakah iri dan sirik menyusup kedlm hati anda ? , coba lihat dan peka thd sekelililng, kadang mereka yg msh berhijab gaul justru berakhlak sangat mulia, kompak dan saling menyayangi sesama saudara dan teman muslimahnya, saling memberi hadiah, menyenangkan hati dan saling mendukung. kita tentu sering melihat mereka yg kita anggap dibawah keilmuannya krn tdk pernah ngaji atau blm mengikuti jalan sunnah, justru begitu baik silahturahimnya thdp sesama manusia. tdk saling iri bahkan saling menyokong mendukung sahabat2nya. misal sesama penjual mereka tdk saling menyikut bahkan saling hadir dgn cara hadir saat pembukaan toko temannya bahkan dgn bangga membeli atau memakai produk temannya walaupun dianya sendiri punya toko produk sama, MashaaAllahh .... ingatkah kita bahwa manusia yg terbaik adalah yg paling baik akhlaknya... dan baik akhlak baik pula silahturahimnya .. #
apakah anda tdk malu yg sudah berpakaian syari dan ikut pengajian dimana2, tp menyimpan ketinggian hati dan kesombongan diri ?

#MuhasabahDiri
#UstFirandaAdirja

Jumat, 23 Januari 2015

Rasa Film Hijab

Assalamualaikum, udah lama gak nulis ya di blog...
selamat membaca..
Berawal dari keinginan saya memotret kehidupan saya-sahabat dan lingkungan hijabers yang saya temui belakangan ini. Melihat banyak film ttg hijabers tapi saya merasa tidak terwakili. Apa yang saya lihat dan bersinggungan sehari2 selama 9 tahun berjilbab tapi belum pernah terpotret di sebuah film. Sangat menarik padahal melihat proses orang2 yang saya kenal sampai akhirnya berjilbab. Akhirnya saya coba membujuk suami saya -Hanung Bramantyo- untuk membuatnya. Gak mudah meyakinkan dia untuk mau membuat filmnya, perlu waktu 2,5tahun saya meyakinkan dia sampai akhirnya mau.

Alhamdulillah akhirnya terealisasi. Apa yang ada di dalam film adalah kisah2 nyata yang saya alami dan menyaksikan sendiri. Dikemas dengan komedi, terasa ringan -karna saya tipe yang suka nonton film komedi romantis- tapi penuh dengan makna maka jadilah film Hijab.
Tak pernah terbayangkan akan menuai reaksi yang cukup keras dari beberapa pihak seperti sekarang. Suami saya di bilang JIL ( tanpa mengurangi rasa toleransi saya kepada JIL ) padahal bukan, dihakimi pembuat film hijab adalah pembenci islam -anda bayangkan dituduh membenci sesuatu yang sangat saya cintai- dan di tuduh mengkomersialisasi kan agama.
Sedih, marah, kecewa, bingung, semua saya rasakan... Rasanya baru sekali ini mendadak ngerasain banyak yang menebarkan kebencian tanpa alasan yang saya bisa terima. Banyak yang menghakimi tanpa melihat sendiri -hanya kata broadcast massage- begitu katanya lalu bebas mencaci maki dan menghakimi saya dan suami.
Film adalah sebuah kesatuan dimana plot awal adalah pengenalan, kedua masuk permasalahan dan terakhir adalah solusi. Tidak bisa menilai sebuah film hanya dari poster, trailer berdurasi 2menit , setengah film atau hanya kata orang.

Sayang sekali bila masih banyak masyarakat yang mudah terhasut untuk menebarkan kebencian :( apalagi disaat saya mencoba sebaliknya. Film hijab adalah bentuk apresiasi saya akan kehadiran hijabers yang makin besar belakangan ini. Bentuk bangga saya akan jilbab saya dan agama saya. Ketika penghakiman pertama disampaikan oleh mbak Hanum Rais saya langsung gusar karna takut apa yang disampaikannya benar adanya. Mbak hanum mengatakan isi filmnya menjelekkan islam. Saya lalu langsung menghubungi bapak Din Syamsuddin yang saat ini menjabat sbg Ketua MUI (yang saya rasa beliau orang paling tepat untuk memberikan masukan apabila umat islam resah apalagi dengan karya di ranah public) untuk melihat dan menilai kalau kalau kami ada khilaf sebagai pembuat. Saat itu saya dan suami dalam keadaan SIAP apabila memang dianggap menjelekan islam untuk menurunkan film kami dan meminta maaf kepada public.
Tapi Alhamdulillah ternyata berbanding sebaliknya dengan pernyataan mbak Hanum Rais. Pak Din menyatakan "filmnya bagus, tidak menjelekan islam, memotret kenyataan, dan menyarakan masyarakat untuk menontonnya. Apabila setelah menonton ada penilaian sendiri, dikembalikan kepada penonton"
Saya rasa pak Din pun pasti akan sangat berhati2 untuk membuat penilaian serta pernyataan apabila film ini dirasa mengdeskriditkan umat islam. Mengingat kapasitas beliau sebagai ketua MUI.
Jadi saya semakin yakin karna memang niat awal saya membuat film ini tidak seperti yang dituduhkan mbak Hanum Rais. Saya cinta dengan islam (Hanya Allah yang tahu) rasanya tak perlu saya jelas2kan disini sebesar apa cinta saya dengan agama saya.  Saya shalat , saya puasa, saya sekolahkan anak saya di sekolah islam, saya ajarkan anak saya mengaji sejak kecil, saya berjilbab, saya membawakan acara Berita Islami Masa Kini, saya belajar dan terus belajar setiap saatnya, saya selalu mau menjadi lebih baik setiap harinya, saya menjaga habluminnannas (hubungan baik saya dengan sesama manusia) tidak, saya tidak mau menyakiti siapapun karna sayapun tidak mau disakiti.
Tapi memang Allah selalu punya rahasia dibalik setiap kejadian. Selalu ada hikmahnya, Allah selalu mau mengajari sesuatu. :) apa yang saya pelajari dari film pertama yang saya buat ini?
Suami saya Hanung Bramantyo hidup dengan bekerja menjadi sutradara. Sudah hobbynya membuat film, sudah menjadi kebutuhannya untuk berkarya karna dengan itu dia menghidupi keluarganya.

Hampir setiap film yang dibuatnya ada saja yang "usil" sehingga muncul tuduhan-fitnah-bully sudah jadi bagian dari setiap karyanya. Biasanya ketika mas Hanung menghadapi itu saya selalu menanggapi dengan enteng "udah ga usah di tanggepin selama kamu yakin kamu ga salah , ga nyakitin orang lain dengan sengaja cuekin ajaaa". Udah .. Gitu aja kadang tanggepan saya.. Saya care, saya perduli, saya terus menguatkan, tapi jujur saya ga tau rasanya digituin, jadi mungkin "cara menemaninya melewati itu" kadang saya rasa udah cukup. Tapi ternyata ... Setelah menjadi bagian dari itu saya baru tau rasanya, di fitnah-di hakimi padahal yang menghakimi belum tentu paham karna ya itu gak nonton sendiri - di berikan banyak kebencian dan caci maki rasanya tuhhh ... Duhhh ... Gemes,geram,marah,sedih,bt, campur adukk cuma mau gimana lagi bingung! Masa iya Jelasin ke satu2 orang .. Kesannya mau membela diri banget, pdhl statement nya udah jelas dalam karyanya..
Jadi kayanya apa yang selama ini saya lakukan untuk mendampingi suami rasanya kok kurang ya .. Alhamdulillah dengan ngerasain ini insha Allah kedepannya saya jadi lebih paham bagaimana menguatkannya kalo2 dihadapkan dengan situasi "seperti biasa" hehe
Tapi semogaaaaa tahun 2015 ini masyarakat kita semakin cerdas, tidak mudah terhasut, menilai sendiri sebelum menghakimi, diam kalau tidak tahu, berbicara mengingatkan kalau memang benar dan dalam porsinya, amiiin..
Tugas kita sebagai sesama muslim, sebagai saudara ya saling merangkul, mengingatkan (dengan cara yang baik tidak anarkis)... Karna menghakimi adalah wilayahnya Allah di akhirat nanti dan para aparat hukum yang berwenang.
Memberikan pendapat? Kritik yang membangun? Itu sangat baik karna tandanya kita perduli dan ingin saudara kita lebih baik lagi kedepannya. Tapi menghakimi tanpa tabayyun terlebih dahulu? Pasti bisa menyimpulkan sendiri kan baik atau tidaknya :)
Intinya saya dan suami selalu ingin berkarya bukan untuk kami sendiri. Tapi untuk anak2 kami, untuk masyarakat, supaya karya kami bisa menjadi media untuk mensyiarkan islam, membawa kebaikan, pelajaran dan nilai2 hidup.
Tidak akan mungkin dengan sengaja kami membuat sesuatu yang akan melukai saudara kami sendiri, tidak memberikan manfaat atau bahkan menjelekan agama yang sangat kami cintai. Karna kami sadar semua yang kami lakukan di dunia ini hanyalah bentuk TABUNGAN untuk kehidupan yang lebih abadi kelak.

Jadi terima kasih sudah saling mengingatkan, saya pun insha Allah sedang belajar berlapang dada untuk melupakan dan memaafkan orang yang sudah mendzalimi saya dan suami. Semoga segala kekhilafan kami pun dapat dimaafkan :) salam kenal semua! Terima kasih waktunya sudah membaca "curhatan" saya hehe

Mari sebarkan cinta keseluruh manusia ❤️

Wassalam
Zaskia Mecca